Kamis, 31 Januari 2013

End of January

Dear you,
I miss you. 
Now you may be happy there while I've been crying here
I cried because I feel alone this time . I was at home but feel alone. 
I cried for a few things happened in my life.

I cried not because i'm surrender. 

I cried because I needed to cry
I cried to refresh my mind.  
I cried because of tired and did not know what to talk and to whom. 
I cried because I wanted to run away but could not and did not know where to go.

I cried because of you...





Senin, 28 Januari 2013

On Duty to Jungle

Hello readers!
 
Sekarang gw super excited karena sudah sekian lamaa..aku menungguu.. (knp jadi nyenyong?-_-)
Sudah sekitar 5 bulan tidak bertugas ke hutan. Hehehe
Kebetulan mendekati bulan nikah kmarin, gw di tugaskan di Jakarta dulu (rezeki bgt deh) jadi bisa kerja sambil ngurusin nikahan.
 
Postingan kali ini mau share ttg sebuah kisah. Tapi maaf, bukannya plagiat, saya ga tau sumber aslinya dari mana. Pas nyampe camp, buka e-mail. Dapetlah e-mail dari temen kantor ttg kisah ini. Hope this will inspired you <3

" Cerita Islami Mengharukan. Bacalah dengan hati

"BERHENTI KERJA DEMI MENGABDI KEPADA SUAMI"

Sore itu sembari menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di Masjid ini seusai ashar. Kulihat seseorang yang berpakaian rapi, berjilbab dan tertutup sedang duduk disamping masjid. Kelihatannya ia sedang menunggu seseoran...g juga. Aku mencoba menegurnya dan duduk disampingnya, mengucapkan salam, sembari berkenalan.

Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu.
"Anti sudah menikah?"
"Belum." jawabku datar.

Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi.
"Kenapa?"

Pertanyaan yang hanya bisa kujawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan yang tepat.

"Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.
"Menunggu suami.” jawabnya pendek.

Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya.
"Mbak kerja di mana?”

Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

"Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi.” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
"Kenapa?” tanyaku lagi.

Dia hanya tersenyum dan menjawab.
"Karena inilah PINTU AWAL kita, wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami.” jawabnya tegas.

Aku berpikir sejenak. Apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.

"Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja.

Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa?

Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata.

"Abi, umi pusing nih, ambil sendirilah !!”

Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat. Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya.

Menuju ke dapur, saya lihat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang mencucinya kalau bukan suami saya? (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki pembantu)? Terlihat lagi semua baju kotor telah dicuci. Astaghfirullah, kenapa Abi mengerjakan semua ini? Bukankah Abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap Abi bangun dan mau menjelaskannya, tapi rasanya Abi terlalu lelah, hingga tak bangun juga.

Rasa iba mulai memenuhi jiwaku. Kupegang wajah suami saya itu. Ya Allah panas sekali pipinya, keningnya. MasyaAllah, Abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada Abi tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.”

Subhanallah!
Aku melihat mbak ini bercerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang diusapnya. Lalu ia melanjutkan.

"Kamu tahu berapa penghasilan suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya.

Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata :

"Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Disimpan ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho menerimanya.”

Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini.

Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya." Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.

"Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Seperti dugaan saya sebelumnya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.”

Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah! Apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan demi untuk lebih memilih berbakti kepada suaminya.

"Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan? Kita bekerja juga untuk anak-anak kita kan? Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah, kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah.

Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang
belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu.”

Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.

"Anti tahu, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah DIPANDANG RENDAH olehnya.

Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan?

Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan?

Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya.

Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.

Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya.

Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu.

Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.

Jika suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram.”

Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku.

Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.

Ya Allah..

Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling berkesan dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..Subhanallah..Walhamdulillah..Wa Laa ilaaha illallah...Allahu Akbar

Semoga pekerjaan, harta dan kekayaan tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya..
"


 
Gw sedih bacanya dan mengaku blm bisa seperti itu. But, i believe to Allah SWT for everything that happened or will happen in our life, may Allah give us the best way..amiin

-With Love-
(hiks..hiks..)

Selasa, 25 Desember 2012

U & I

Wah, udah mau tahun 2013 aja nih..dan jalan 2 bulan kita udah nikaah, yeay!
Sampe lupa ni blog udh debuan dan inget pernah janji mau posting ttg 'How We Met?' :D
Ok sambil nyolong waktu kerja marii dimulai..
Jadi begini ceritanya..

*silent*
*thinking*

Pertama kali ngeliat cupop (suami-red), via foto dari temennya yg jg temen gw. Gw bilang "ini siapa? ganteng" (pasti cupop klo lg baca posting ini megar2 idungnya :D). Lalu, liat secara live waktu gw n si temen nongkrong di depan gerbang asrama (kaya preman aje d dpn gerbang nongkrongnya :p) tiba2 si cupop lewat dan negor temen gw. Temen gw nyenggol-nyenggol gw dengan heboh pengen ngenalin gw sama cupop, krna dikiranya gw suka sm cupop. Tapi ga dikenalin juga sih :p. Gw pas ngeliatnya waktu itu biasa aja, no feeling at all, cuma mulut nganga, ileran, mata kedip2 (biasa kan? hahaha). Itu waktu tahun pertama di IPB. The first thing in my mind saat ngeliat cupop adalah "well, he's tall".

Tahun kedua di IPB, saya sangat tidak bersemangat melanjutkan hidup karena masuk ke jurusan yg sama skali ga ngertii (lebay). Tapii, hey, dia ternyata SATU KELAS sama gw (sama temen gw yg temennya jg) yg artinya i will see him for the rest of my time in campus :8). "trus..gw bakal kenal dia dong?...."

Time passed by, gw lupa akan keberadaan dia dan dia pun lebih-lebih lagi ga mikirin gw.  Gw gak deket sama dia sama sekali, padahal satu kelas. Kita gak satu genk meen klo di kelas. Hahahaha. Lupa deh sama perasaan 'cring' dulu pas ngeliat dia (makanya g nyangka bakalan jodoh :)). Udah gitu, dia beda bgt dari gw pertama kali ngeliat, karena orangnya jadi rapi gt dgn baju setelan kerja dan celana bahan. Rapi bgt deh kostumnya. Jujur, gw berpikir "aneh juga nih orang" (kabooorrr :p).

The next year in IPB, tentunya gw udah kenal cupop doong ;). Kita berteman baik. Lebih baik lagi pas kita satu panitia ospek adek kelas. Apa-apa jadi bareng terus. Untung ga smpe ngekos bareng sih :D.

Then, u know whats next lah yaa.. sering makan siang bareng, pulang bareng, smsan, curhat-curhatan..suatu hari gw berpikir dan menyadari "iih,ga nyangka gw dia jd deket gini, perasaan dulu suka cuma pas liat fotonya aja". Cupop beneran ada terus bareng gw. Pokoknya dmn ada gw disitu ada lalet deh! eeh ada cupop maksudnya dan tentunya bareng2 temen yang lain jugaa. Dan gw juga sudah mendeklarasikan ke temen gw yang temennya cupop juga bahwasanya gw suka sama si cupop,yeah!

And waktu kita lagi praktikum, tiba-tiba ada secuil surat ditimpuk ke meja gw. Ternyata dari si cupop, isinya kebanyakan basa-basi sih yang intinya mau ngajakin nonton dan nganterin gw pulang (-_____-") hahahah. Daan, jadilah tanggal 23 Desember 2008, pelem twilight menjadi pelem pertama yang kita tonton bareng. Si cupop pun beda bangeeeet penampilannyaaa (kyaa >.<), doi jadi pake jeans dan kaos, pokoknya lebih casual, santai, dan yg pastinya kereeennn (sst..doi anak basket sih jadi kereen LOL) Hahahahha.

Selesai nonton, kita dinner bareng deh. Oh iya, kita punya kebiasaan dulu klo lg ngobrol diusahain pake bahasa inggris gt (gaya bet dah) skalian latian niatnya biar casciscus. Jadi pas gw sedang melakukan curhatan versi englais gw ttg cowo yg lagi deketin gw, si cupop kok nanggepinnya kaya bete gitu dan ngomong2in ttg ngenalin gw ke keluarganya? dalam hati gw " ni org nangkep ga sih apa kata gw? -__-".

Gw orangnya kan ga seneng penasaran, jadi gw langsung nembak aja ngomong "Apaan sih maksud dari omongan lo?" (in english ofcourse-red). Trus cupop jawab "Udah ah, ga usah pake bhs inggris, ribet! Intinya kamu mau serius ga nikah nantinya sama abang? kalo iya, kita pacaran, kalo ga mau, yaa abang ga bisa deket lagi kaya gini sama kamu..." TADAAAA! ofcourse, gw menampakkan muka cengo tp gak mangap. Gw cuma tersenyum dan bilang "iya, aku mau" :)

Happy anniversary cupopku yang ke 4 tahuun 23 Desember 2013 kemarin. Yippie!


Cheers :D